Tradisi Mandi Pengantin di Suku Banjar 

Foto ilustrasi

 

SIBERONE.COM - Tradisi mandi pengantin (mandi papai, red) suatu tradisi adat banjar. Sebagian keluarga ada yang wajib melaksanakan adat ini karena silsilah keturanan, tetapi ada juga yang melaksanakan tradisi ini bukan karena keturunan melainkan untuk mengisi acara sehari sebelum bersanding. 

Mandi pengantin dilaksanakan ketika sebelum bersanding di pelaminan.
Tujuan mandi papai ini dipercaya supaya ke dua mempelai tidak kesurupan saat bersanding di pelaminan dan rumah tangga mereka kelak tidak goyah. 

Mandi papai dilakukan oleh orang tertua sebanyak 2-3 orang. Langkah pertama yang dilakukan mempelai dengan mengelilingi tempat bamandi (pemandian) yang mana tempat bamandi ini dibuat dengan tiang tebu terdiri dari 4 tiang berbentuk persegi empat ditajak di halaman agak luas supaya memudahkan mempelai untuk mengelilingi tempat bamandi sebanyak 3 kali sebelum bamandi dilakukan.

Setelah tebu siap ditajak ke tanah lalu dililit benang yang sudah direndam ke air kunyit sebanyak 3 tingkatan, lalu digantungi dengan kue dan pisang. Kue yang digunakan yaitu kue cincin kue khas banjar.

Setelah mengelilingi tempat bamandi sebanyak 3 kali mempelaipun duduk bersanding di dalam tempat bamandi mempelai dipersilahkan duduk di dalam tebu yang sudah dihias dengan kue-kue dan pisang yang digantung ditali tadi.

Perlengkapan yang diperlukan saat bamandi, mayang pinang yang masih dalam pembungkusnya, tempat air(mangkuk), nyiur anum, minyak likat baboreh (minyak khas banjar), sasanggan (baskom dari kuningan), tapih balipat ( sarung yang ditumpuk dengan bentuk khusus untuk tempat duduk mempelai), kasai kuning ( bedak yang dicampur dengan kunyit dan air, piduduk, cermin dan lilin.

Selanjutnya pengantin dimandikan dengan air yang ada dalam tempayan atau baskom yang telah dimasukkan mayang pinang kedalamnya, kemudian di papai kan ke pengantin(disiramkan dengan mayang pinang). Pada air terakhir yang akan disiram, dicurahkan banyu bagantung (air kelapa muda) kepada kedua mempelai.

Saat kegiatan bamandi dilakukan orang-orang banjar percaya apabila anaknya ikut dimandikan bersama pengantin anak nya yang seruing menangis akan berkurang.

Setelah siap bamandi ke dua mempelai duduk di tapih balipat (sarung berlipat), kemudian kaki mereka diberi batungkal (dijampi) (diberi coretan cacak burung dengan kunyit yang dicampur kapur) supaya jangan kepidaraan (diganggu roh atau makhluk halus) kedua mempelai dikelilingi lilin dan cermin hingga 3 kali. 

Setelah itu kedua mempelai dilumuri kasai kuning (bedak yang dicampur dengan kunyit dan air) atau pacar kuning.

Tujuan pemberian kasai kuning adalah agar seluruh badan tubuh kedua mempelai terlihat kuning dan berseri.

Penulis : Rini Aryani, Mahasiswi S1 FKIP Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Riau.


[Ikuti Siberone.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar